By Tatang Abdullah 11.44 No comments
Menjadi seorang guru bukanlah cita-citaku semenjak kecil. Bahkan terlintas di bayangan pun tidak. Mengapa? Tuntutan moral dikala itu terhadap guru sangatlah besar. Dia bagaikan malaikat yang harus senantiasa menebar kebaikan. Sementara diriku lebih suka usil mengerjain teman. Bahkan ketika sekolah tingkat SMA, bertemu dengan teman yang terkadang iseng kepada guru. Aku membayangkan begitu berat beban seorang guru, harus selalu menjaga tata krama dan sabar dalam mendidik.
Tantangan guru dimasa kini lebih
kompleks. Dari mulai siswa yang salah pergaulan sampai yang kecanduan gadget.
Belum lagi masalah HAM yang didengungkan, membuat ruang gerak guru semakin
sempit. Ketika anak bertindak menyelisihi jalan, maka gurulah yang pertama
mendapat imbasnya. Ketika guru sedikit keras dalam mendidik, mereka juga akan
terjerat hukum.
Menjadi apatis juga bukan pilihan
yang tepat karena tiada menyelesaikan masalah. Langkah yang mungkin bisa kita
ambil adalah meningkatkan kompetensi terutama dalam memahami psikologi anak dan
remaja. Mungkin memang kesalahan kita sebagai orang tua dengan memberikan
berbagai kemudahan kepada mereka, sehingga kurang memberi tantangan dan nilai
juang. Anak dididik dengan kemanjaan yang melenakan.
Guru tiada mungkin dapat
menyelesaikan problematika moral yang terjadi. Dibutuhkan seluruh lapisan
masyarakat 'tuk sadar dan mencari solusi. Generasi muda adalah tanggung jawab
bersama dari rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat. Seyogyanya kita bersatu
padu mencari cara yang tepat dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin
kompleks. Hilangkan ego merasa paling benar dalam mendidik dan mengarahkan
mereka.
Memang tak mudah mengarahkan
generasi, darah muda yang sedang mencari jati diri tentulah sangat sensitif
apabila tersentuh ranahnya. Mereka lebih nyaman berbagi dengan teman sebaya,
meskipun tindakan yang dipilih menyalahi jalur. Mereka butuh eksistensi,
sehingga nasehat dianggap memenjara perjalanan yang sedang ditempuh. Kalimat
pertanyaan pun dianggap intimidasi.
Aku yang seorang guru SD, tidak
ingin hanya berhenti menanamkan karakter di usia dini. Mencoba menyelami
kehidupan mereka, namun diri ini sering merasa berseberangan. Orang tua
maksudku orang yang dianggap lebih tua dari mereka, harus bisa mendukung apa
yang menjadi keinginan tanpa bisa bertanya maupun memberi arahan. Mereka
menginginkan apa yang menjadi pilihannya didukung 100 %. Memang sih, mereka
butuh kepercayaan dari orang yang lebih tua untuk memilih dan menentukan
tidakan yang diambil. Namun sebagai orang yang merasa lebih dulu ada di muka
bumi dengan pengalaman yang lebih banyak, tentulah punya gagasan lain, dengan
niat supaya tindak tanduk mereka terarah.
Sebagai bagian dari masyarakat,
sepertinya aku harus menekan keinginan, dan memilih berkompromi dengan mereka,
mudah-mudahan dengan kepercayaan yang semakin nyata, setidaknya bisa menggiring
generasi ke jalan yang lebih terarah, meninggalkan kumpulan yang mengajak
mereka menyimpang dari jalan lurus.
Do'aku ...
Semoga bisa memberi kado Indonesia
Emas 2045 dengan generasi yang berkarakter mulia, Baik dunia dan
akheratnya.